Kamis, 01 Desember 2011

Jejak Kota Yang Hilang di Kebumen ( THE LOST ATLANTIS AT KEBUMEN )

Pemandangan kali luk ulo karangsambung
ATLANTIK, peradaban tertua di dunia yang dikisahkan tenggelam setelah terjadi bencana dahsyat pada ratusan juta tahun silam, menarik perhatian Doses UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Doktor Waryani Fajar Riyanto (32). Namun yang lebih menarik lagi, penelitian tentang peninggalan kota atlantik yang dilakukan doktor muda itu mengambil lokasi di kabupaten Kebumen, sekitar kawasan Karangsambung. Dosen yang konsern pada matematika Alquran, kimia Alquran, fisika Alquran dan komunikasi Alquran itu meyakini bahwa peradaban tersebut pernah ada. 






Hanya saja, untuk mengetahui secara pasti letak kota yang dijuluki kaya raya tersebut, belum ada buku yang mengurai secara jelas. Karena itu riset ini dilakukan. “Buku hasil penelitian Profesor Ario Santos dari brasil misalnya, belum menjelaskan dimana letak Kota Atlantik”, jelasnya. Dalam buku yang ditulis Ario santos yang juga seorang ahli nuklir, geologi dan fisika itu menyebutkan, Atlantik berada di pertemuan tiga lempeng benua yakni Australia, Eurasia dan ASia. Ario Santos yang melakukan penelitian selama 30 tahun itu pun mengungkapkan bahwa pertemuan tiga lempeng tersebut berada di Indoensia. Namun belum ditunjukan secara jelas daerahnya. Karena itu Fajar Riyanto membentuk tim untuk meneruskan penelitian tersebut. Pihaknya mengaku terpanggil, karena para ahli yang ada diindonesia nyaris tidak ada yang tertarik dengan hal tersebut.”Justru dari luarlah yang menemukan(Atlantik). Karena itu, dalam penelitian ini, kami pun memposisikan sebagai orang luar” tandas Fajar Riyanto. Tim yang dikoordinasikan langsung oleh Fajar Riyanto itu beranggotakan Mokhamad Mhfud M.Si, Dosen FISHUM UIN Sunan Kalijaga, serta pengamat sejarah Raffi Ananda S.Pd dan M Nanang S.Pd Penelitian tersebut juga menggandeng sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi diantaranya Saiful Amri, Muhammad Yasir serta Irwan Hadi. Nama-nama dari tim atlantis itu yang kemudian disingkat menjadi “M Syarif”. Penelitian dilakukan dilingkungan kantor Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI. “Dan kami berhasil menemukan bukti tersebut (pertemuan tiga lempeng benua)”, ungkap Fajar Riyanto. Bukti pertemuan tiga lempeng benua tersebut ditandai dengan keberadaan batu rijang. Batu yang terbentuk akibat desakan dari tiga lempeng benua sekitar 140 juta tahun silam. Dan letaknya berada dilaut dalam. Karena itu, dahulunya Karangsambung merupakan dasar laut. Atas hasil penelitian tersebut, Fajar Riyanto siap menerbitkan buku. Sumber: Suara Merdeka Cetak (14 September 2011) 
Dahulu ini adalah dasar laut dalam




Asyknya bermain di kali luk ulo karangambung kebumen


0 komentar:

Posting Komentar