"dengan hanya berbekal ijazah baru lulusan S1 di perusahaan Minyak Dan Gas bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 6 juta/perbulan dan di tahun ke 5, gaji mereka bisa mencapai Rp. 20 juta/bulan".
Sengaja Jejak mengambil sebuah Judul buku yang disusun kawan kawan alumni akademi perminyakan sebagai sebuah memoar “Pemikiran, Pengalaman, Kenangan dan Inspirasi". Pemikiran penyusunan buku memoar ini, dilatarbelakangi oleh kurangnya informasi, tentang seperti apa pembinaan sumber daya yang telah dilakukan untuk menunjang keberhasilan industri migas nasional. Padahal sumber daya ini secara nyata, telah ikut memberi warna dan berkontribusi besar dalam perjalanan pembangunan industri migas nasional sampai saat ini.
Keberhasilan industri migas sampai sekarang ini, sesuai zamannya, tentu sangat terkait dengan kemampuan kepemimpinan dan kemampuan sumber daya manusia yang menjalankannya.
Barangkali hanya sedikit yang tahu ada kampung insinyiur di Qatar. Kampung ini adalah sebuah “kampung” yang identik dengan tempat bermukimnya ahli migas asal Indonesia, di negara kaya penghasil migas itu.
Tren kebutuhan tenaga ahli migas memang kian memuncak. Hal itu tidak lepas dari melonjaknya harga minyak sehingga mendorong semua negara berlomba-lomba mencari dan memproduksi minyak. Akibatnya, tidak hanya barang modal minyak yang dicari, sumber daya manusia pun diburu.
Layaknya hukum permintaan, semakin tinggi permintaan berarti harga alias gaji pun tambah tinggi. Tampaknya, kepercayaan terhadap tenaga ahli Indonesia ternyata sangat besar. Banyak tenaga ahli migas Indonesia yang direkrut negara penghasil migas. Contohnya saja Qatar, belum lagi yang bekerja di negara-negara Eropa seperti Repsol Spanyol, di Amerika dan negara lain.
Sesuatu yang patut dibanggakankah atau sebenarnya ironi yang dihadapi bangsa ini?
Data yang disajikan BP Migas seharusnya membuat miris. Indonesia saat ini defisit tidak kurang dari 2.444 tenaga ahli minyak dan gas (migas). Jumlah itu merupakan hasil pendataan BP Migas pada seluruh kontraktor migas di Indonesia.
“Kekurangan tenaga teknik yang berkaitan dengan industri minyak, geologis, ahli perminyakan, ahli pengeboran di mana-mana,” kata Kardaya.
Kenapa mereka “lari” ke luar negeri, itu patut menjadi pertanyaan. Marwan Batubara dalam buku Tragedi dan Ironi Blok Cepu Nasionalisme yang Tergadai (2006) menuliskan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)–dalam kasus Blok Cepu–menyatakan tenaga ahli Indonesia tidak menduduki posisi strategis. Padahal Indonesia memiliki tenaga ahli potensial dan diakui oleh mancanegara. Terbukti ada delapan ahli geologi saat ini yang berkarier di Malaysia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.
Hingga saat ini besarnya penghasilan dan fasilitas kesejahteraan yang diberikan perusahaan Minyak dan Gas menjadi daya tarik utama bagi banyak orang untuk berkarir di bidang energi ini. Sebagai gambaran contoh perbandingan karir perminyakan, dengan hanya berbekal ijazah baru lulusan S1 di perusahaan Minyak Dan Gas bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 6 juta/perbulan dan di tahun ke 5, gaji mereka bisa mencapai Rp. 20 juta/bulan.
Kenyataan ini sangat jauh Jauh kalau dibandingkan dengan standar gaji manufacture/ pabrik yang rata-rata hanya memberi Rp. 1.5 juta/ perbulan untuk lulusan baru S1. Di tahun ke 5 perkiraan gaji yang didapatkan pun hanya sekitar Rp 4 juta/bulan saja. Perbandingan gaji yang cukup jauh inilah yang menjadikan karir perminyakan banyak diminati.
Seorang senior di bidang Migas, sangat mungkin untuk bisa bekerja di pusat-pusat explorasi minyak dunia seperti Aberden, Timur Tengah, Norwegia, Shakalin Rusia, Houston dll dengan penghasilan di atas $8.000.
Selain itu mereka yang hanya lulusan SLTA/STM pun bisa bekerja di perusahaan Migas dengan penghasilan cukup memuaskan. Saat ini banyak diantara mereka mereka yang bermodalkan ijasah SLTA mendapatkan gaji sekitar 20 juta/bulan. Tidak jarang pula diantara mereka ada yang mendapatkan pekerjaan di Nigeria dengan gaji $12.000/bulan.
Kenyataan ini mengubah persepsi banyak orang di Timur Tengah bahwa Negara Indonesia tidak hanya bisa mengirimkan tenaga kerja kasar non keahlian saja, tapi juga mampu memproduksi tenaga-tenaga profesional yang butuh keterampilan khusus dalam bidang energi. Singkatnya, bahwa tenaga kerja Indonesia tidak hanya sebatas TKI saja, tapi juga tenaga-tenaga ahli diberbagai bidang dengan keahlian yang khusus dan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.
Di beberapa negara-negara Eropa dan Skandinavia tenaga ahli perminyakan Indonesia juga mulai dipandang, mulai banyak yang bekerja ditambang minyak lepas pantai.Saat ini Lembaga sertifikasi profesi ahli perminyakan Cepu Jateng telah diberi kewenangan untuk menerbitkan sertifikasi keahlian dalam bidang perminyakan dan gas bumi yang sudah diakui oleh dunia.
Sang Juara |
Jadi stop bilang Indonesia tidak mampu di bidang Migas sehingga akhirnya migas Indonesia dikuasai asing.
Silahkan lihat juga prestasi putera-puteri Indonesia memenangkan medali emas Olimpiade Fisika, Biologi, dan Matematika. Bangsa Indonesia selain sudah membuat kapal laut dan pesawat terbang, ternyata juga sudah bisa membuat mobil sendiri.
Sumber : Berbagai media
0 komentar:
Posting Komentar