Minggu, 19 Februari 2012

STOP !!! Bilang Indonesia tidak mampu di bidang Migas ( Part 1 )

1. Sejarah singkat Blok Cepu


Mesin Truk untuk menarik tali tampar besi
Jejak kali ini mencoba menelusuri daerah yang kaya akan minyak di daerah perbatasan Jawa tengah dan jawa Timur, yang biasa disebut "BLOK CEPU". Deru suara mesin truk terdengar sangat keras diantara pepohonan hutan jati di wilayah desa Wonocolo, seolah olah ada truk berjalan yang sedang memindahkan perseneling atau direm untuk berhenti. Sebuah timba yang dikaitkan dengan tampar besi besar dan panjang ditarik atau diturunkan ke dasar sumur minyak dengan bantuan lebih dari 200 meter kawat sling sebesar ibu jari yang ditarik oleh mesin truk kuno untuk menambang emas hitam dari dasar sumur minyak. ......... itulah sedikit suasana sebuah penambangan Tradisional di daerah yang kaya akan sumber minyak. 

Peta wilayah cepu
Untuk serie ini, jejak mencoba dulu menerawang jauh mengenal history tentang keberadaan blok cepu ini ; Cepu merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Blora, Jawa Tengah. Daerah ini memiliki luas wilayah sekitar 4.897,425 ha, dengan jumlah penduduk sekitar 77.880 jiwa tentu bukan daerah dengan kepadatan yang tinggi. Nama Cepu sebagai sebuah daerah sudah terdengar sejak zaman Panembahan Senopati (Raja Mataram I), tepatnya saat terjadinya perebutan puteri Madiun yang bernama Retno Dumilah. Ada juga kisah penamaan Cepu diambil dalam kisah Aria Penangsang, yaitu pada saat pertempuran antara Jipang Panolan dan Pajang di pinggiran bengawan Solo, alkisah ada seorang prajurit Panolan (ada kisah bukan prajurit biasa melainkan sang Arian Pengangsang sendiri) yang tertancap tombak di pahanya, dalam bahasa Jawa Tancap = nancep, paha = pupu, berasal dari dua kata tersebut maka muncul kata Cepu.
Peta Blok Cepu
Blok Cepu termasuk dalam cekungan laut  Jawa Timur. Daerah ini termasuk salah satu penghasil migas tertua di dunia dengan dimulainya produksi pada tahun 1887 antara lain ladang Kuti dan Kruka di selatan Surabaya. Lebih dari 30 ladang minyak diketemukan sebelum tahun 1920. Produksi kumulatif sampai sekarang telah melebihi  220 juta barrels. Di daerah Cepu sendiri 3 ladang yang ditemukan menjelang tahun 1900, sedangkan ladang Kawengan diketemukan pada tahun 1927, dan telah menghasilkan lebih dari 120 juta barrels. 

Sebelum Perang Dunia ke II daerah ini dikuasai Shell. Explorasi dilakukan terutama dengan menggunakan pemetaan geologi permukaan, sumur-uji dan pemboran dangkal yang diikuti dengan pemboran explorasi dalam. Tanpa menyadari BPM nyaris menemukan ladang Bany Prip waktu melakukan kampanye pemboran dangkal yang menghasilkan lapangan gas Balun-Tobo yang berada di atas ladang Banyu Urip dan Cendana. Salah satu pemborannya mencapai kedalaman lebih dari  2000 m.
Pada tahun 1950, Shell kembali ke daerah Cepu dengan nama PT Shell Indonesia. Beberapa sumur explorasi dalam dibor (Kawengan-35, Tobo-8 dll). Tanpa disadari Shell kembali nyaris menemukan ladang Banyu Urip, sewaktu melakukan pemboran sumur Tobo-8. Selanjutnya PT Shell Indonesia angkat kaki dari daerah Cepu sekitar tahun 1960 dan daerah ini diambil alih  PN Permigan.
Kegagahan Cepu sirna ketika memasuki masa pembangunan. Dengan slogan pembangunanisme, Pada tahun 1965 blok Cepu diambil alih oleh Lemigas dan digunakan untuk tujuan pendidikan dan sebagai daerah latihan untuk personel teknik perminyakan. Selanjutnya pada tahun 1973-1974 survey-survey seismic dilakuan. Tidak ada catatan apakah hasilnya ditindak lanjuti dengan pemboran sumur explorasi. melimpahnya sumber daya minyak di Cepu ini justru dinikmati oleh perusahaan multinasional. Sebut saja, Mobil Cepu Ltd- anak perusahaan Exxon Mobil Corporation, kini menguasai pengeboran minyak mentah di Sumur Banyuurip, di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro. Saat ini, produksi minyak mentah di sumur itu sekitar 21.600 barrel per hari. Selain itu,Mobil Cepu Ltd menguasai Sumur Alas Tuwo Barat (ATB) dan Alas Tuwo Timur (ATW) di Kecamatan Dander yang kini masih tahap eksplorasi. MCL juga sedang mencari potensi emas hitam di Sumur Kedungkeris yang terletak di Kecamatan Kalitidu. Joint Operating Body Pertamina- Petrochina East Java (JOB-PPEJ) menguasai Sumur Sukowati, Blok Tuban, yang terletak di kawasan Kecamatan Kapas dan Kota Bojonegoro.Produksi minyak mentah di Sumur Sukowati itu kini sekitar 8.000 barrel per hari. Di wilayah barat Bojonegoro, ada Pertamina EP yang kini sedang mengebor Sumur Tiung Biru di kawasan Kecamatan Tambakrejo. 
Peta Kawengan
Namun, potensi minyak mentah di Sumur Tiung Biru ini masih kecil yaitu sekitar 1.300 barrel per hari. Seperti semut berebut gula, Cepu menjadi lahan yang subur bagi para investor asing di Indonesia. Hasil tidak sebanding justru ditujukan pada pemerintah Indonesia, dari hasil keseluruhan 100% minyak yang didapatkan oleh perusahaan asing, pemerintah Indonesia hanya mendapatkan bagian sebesar 6% saja. Misalnya pada tahun 2009, pemerintah Indonesia hanya mendapatkan Rp.37, 9 Miliyar dari hasil keseluruhan pengeboran minyak di blok Cepu. Pada tahun 2010, Pemerintah Indonesia mendapatkan Rp. 169 Miliyar bagian dari keseluruhan hasil pengeboran minyak di Cepu. Tahun 2011, Indonesia hanya mendapatkan Rp.223 Miliyar. Paradoks ini juga tampak pada penataan kota di Cepu. Penataan ruang yang carut-marut ditambah dengan beberapa fasilitas umum yang tidak terawat dengan baik seolah menutupi keindahan wilayah Cepu. 
      seorang tukang becak sedang menanti penumpang di dekat pasar Cepu 
Kereta Kuda ( Pedati ) menanti penumpang di depan Stasiun cepu

0 komentar:

Posting Komentar